Jumat, 14 Maret 2008

Urgensi Tarbiyah

Dalam kitab Thariqud-Da'wah; bainal ashalah wal inhiraf, Syekh Musthafa Masyhur mengatakan, "Pribadi muslim adalah batu bata asasi dalam al-bina' (pembinaan), baik pembinaan al-bait al-muslim (keluarga muslim), atau al-mujtama' al-muslim (masyarakat muslim), atau al-hukumah al-muslimah, dan ad-daulah. Sesuai dengan kadar yang diterima oleh pribadi dalam hal tarbiyah, sesuai itu pula kekokohan bina' (bangunan)-nya.
Aqidah dan iman yang kuat adalah asas bina' syakhshiyyatul fardi al-muslim (asas pembentukan pribadi muslim), karenanya, taqshir (keteledoran) di bidang tarbiyah terhitung sebagai kelemahan dalam al-asas, dan menghadapkan bangunan kepada keambrukan, cepat atau lambat.
Tidak memberikan ihtimam (perhatian) yang layak kepada tarbiyah juga akan berdampak kepada menurunnya mustawal afrad, sehingga tidak meluluskan afrad 'alal mustawal mas-uliyah wa tahammuli amanaatil 'amal (pribadi-pribadi yang tidak selevel dengan tingkat tanggung jawab dan daya tahan dalam memikul berbagai amanah 'amal), dimana seharusnya mereka meringankan beban-beban dakwah, malahan menimbulkan berbagai musykilah dan khilafat (problematika, masalah, dan pertentangan-pertentangan), dan jadilah mereka itu beban dan penyibuk yang merugikan 'amal, produktifitas, dan da'wah.
Tarbiyah mempunyai pengaruh yang sangat panjang sepanjang hari-hari yang ada, dan juga dalam menghadapi berbagai peristiwa serta memenuhi mutathallabil 'amal (tuntutan-tuntutan amal) di atas jalan da'wah, baik saat terjadi mihnah (cobaan) dan menghadapi tipu daya musuh, atau saat muncul tuntutan jihad, tadh-hiyah (pengorbanan) dan tugas-tugas lainnya.
Sangat penting juga untuk dijelaskan bahwa tidak shahih tarbiyah hanya terbatas pada mubtadi-in (pemula) yang tidak berlaku lagi bagi al-mutaqaddimin (para senior), akan tetapi, tarbiyah harus istimrar terus menerus, dan untuk berbagai level serta berbagai tangga senioritas, sebab, tidak ada seorang pun kecuali membutuhkan zad (bekal) dan tadzkiri (pengingatan). (Musthafa Masyhur dalam Min Fiqhid-Dawah, Dar At-Tauzi' wa An-Nasyr Al-Islamiyah, 1415 H – 1995 M, jilid 1 halaman 187).
Selanjutnya, beliau menjelaskan tentang asbab ihmal at-tarbiyah (sebab-sebab diabaikannya tarbiyah). Dalam bab ini beliau menjelaskan bahwa asbab ihmal at-tarbiyah adalah :
1. Dominannya aspek siyasah dalam harakah atas aspek tarbiyah. Dampaknya waktu-waktu yang terjebak pada syakliyyat (aspek-aspek formal), munaqasyat (diskusi-diskusi), dan lain-lain.
2. 'Adam i'dad murabbiin yastau'ibuunal qadimin (tidak menyiapkan murabbi-murabbi baru yang sanggup meng-isti'ab (membina) pendatang-pendatang baru, dari sinilah mustawa tarbiyah turun. Demikian juga karena adanya ihtimam az-zaidi (perhatian berlebih) terhadap nasyr ad-da'wah (penyebaran da'wah) yang berdampak kepada banyaknya pendatang baru tanpa diimbangi oleh daya dukung untuk meng-isti'ab mereka dengan tarbiyah. Karenanya, menjadi sebuah keharusan untuk ihtimam bi i'dad murabbi'in (perhatian dalam menyiapkan para murabbi) dan menselaraskan antara nasy ad-da'wah dan tarbiyah, maksudnya, antara marhalah ta'rif (level pengenalan) dan marhalah takwin (pembentukan).
3. Berubahnya khalaqah menjadi fashlin tsaqafi thak yang sekedar ma'rifah (tahu) dan tahshil (dapat pelajaran), padahal seharusnya ia menjadi bautaqah lish-shaqli (bingkai tempat dituangkannya bahan baku), takwin (pembentukan), dan taqwimul akhlaq (pelurusan akhlaq). Atau secara umum, inhiraf (pengabaian) dalam hal ini adalah tafrigh wasa-il at-tarbiyah min jauhariha (pengosongan sarana-sarana tarbiyah dari mutiara intinya), sehingga sarana-sarana itu hanya mazh-har (tampilan luar) semata, baik dia itu khalaqah, atau ta'lim.
4. Tersibukkan oleh bidang-bidang kegiatan tertentu, karena situasi dan kondisi yang muncul sehingga menyebabkan terabaikannya tarbiyah. Tidak shahih (benar) kalau sampai ada sesuatu hal yang menyebabkan ditinggalkannya tarbiyah karena kesibukan mengurusi sesuatu, apapun dia, termasuk jihad dan memerangi musuh, bahkan, tarbiyah dalam situasi dan kondisi yang sangat sulit dan genting itu justru menjadi urusan yang paling harus, sebab, unsur iman adalah sebab yang paling harus untuk dipenuhi dalam rangka mendapatkan ta'yid (dukungan), 'aun (pertolongan), dan nashr (kemenangan) dari Allah SWT.
Dalam buku tersebut, Syekh Musthafa Masyhur juga menyebutkan berbagai bentuk inhiraf (penyimpangan), di antaranya adalah :
1. Qillatul 'ilm (sedikit ilmu).
2. Al-Ihtimam bil mazh-har dunal jauhar, wa taghlibul jidal wan-niqasy 'alal 'amal (perhatian hanya kepada aspek tampilan yang melupakan mutiara isinya dan dominasi debat dan diskusi yang mengalahkan amal).
3. Al-Irtijal wa 'adamut-takhthith (asal jalan dan tidak ada perencanaan).
Tarbiyah dzatiyah adalah berbagai jenis program, aktifitas, dan kegiatan yang dilakukan oleh peserta tarbiyah secara mandiri dalam rangka meningkatkan kualitas dirinya, baik pada sisi aqidah imaniyah, ibadah sya'airiyah, khuluqiyah adabiyah, nafsiyah, ilmiah tsaqafiyah, jasadiyah, iqtishadiyah, mihariyah, maupun ijtima'iyah. Dari definisi ini dapat diketahui bahwa tarbiyah dzatiyah mencakup berbagai aspek, yaitu :
1. Aqidiyah imaniyah. Maksudnya adalah program-program, dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kualitas aqidah imaniyah dirinya.
2. Ibadah sya'airiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah-ibadah ritualnya.
3. Khuluqiyah adabiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka membersihkan dirinya dari sifat-sifat tercela serta menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji.
4. Nafsiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka memperkokoh kejiwaannya agar sesuai dengan kehendak Allah SWT.
5. Ilmiah tsaqafiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka ilmu pengetahuan dan wawasannya.
6. Jasadiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menjaga dan memelihara kesehatan jasmani dan tubuhnya serta menyiapkannya untuk menjadi pendukung da'wah.
7. Iqtishadiyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka melatih dirinya agar berpenghasilan dan tidak menjadi beban bagi sesamanya.
8. Mihariyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menumbuhkan, menjaga, mengarahkan, dan meningkatkan bakat, kecenderungan, dan modal-modal dasarnya.
9. Ijtima'iyah. Maksudnya adalah program-program dan kegiatan-kegiatan yang direkomendasikan untuk dilakukan oleh peserta tarbiyah dalam rangka menumbuhkan, menjaga, memelihara, mengarahkan, dan meningkatkan syakhshiyyah ijtima'iyah (kemasyarakatan, keorganisasian, kebersamaan) yang ada pada dirinya.
Wallahu a'lam...
Penulis : Nurfadhilla

Kebahagiaan Tak Selalu Lewat Penderitaan

Ada orang yang berkata bahwa pengalaman dan penderitaan hidup itu paling penting di dalam menuju bahagia. Tetapi kita berpendapat lain. Kalau hanya dengan pengalaman saja, tentu umur akan habis habis, sebab pengalaman itu kian hari kian ganjil, pengalaman kemarin tidak ada lagi, begitupun nanti. Usiapun habislah sebelum pengalaman penuh, rahmat dan ketentraman tentu tidak akan terdapat, sehingga bahagianya hanya jadi kenangan saja.

Tidaklah mesti seorang saudagar menempuh rugi dahulu, baru dia tahu rahasia keuntungan kelak. Itu terlalu jauh.!

Tidaklah mesti seorang nakhoda mengkaramkan kapalnya yang pertama lebih dahulu, baru dia tahu rahasia pelayaran. Ya, kalau si saudagar masih panjang umur dan si nakhoda masih bisa hidup ! Kalau tidak arang habis besi binasa, tukang menghembus payah saja.

Kalau hanya sekolah dengan pengalaman saja, uang sekolah dibayar terlalu mahal dan belum tentu akan lulus ujian. Apalagi sekolah kehidupan tidak dapat ditentukan bila tamat kelasnya, putik kelapa jatuh juga, yang mudapun jatuh dan yang tua lebih lagi, masanya tidak dapat ditentukan.

Meskipun kita akui pengaruh pengalaman, tetapi bukanlah itu yang terpenting, pengalaman adalah sebagai langkah yang pertama. Adapun pelajaran hidup yang kedua ialah memperhatikan alam. Alam adalah laksana sebuah kitab besar yang terhampar di muka kita, didalamnya tertulis perjuangan hayat yang telah ditempuh lebih dahulu oleh orang lain. Disitu dapat kita tilik bagaimana orang lain telah naik, telah mujur dan bahagia, dan dapat pula kita lihat mereka jatuh, tersungkur, ada yang tak bangun lagi, ada yang menyesal selama-lamanya. Kita dengar pekik orang yang kesakitan, maka kita tanyakan kepadanya apa sebab dia jatuh, setelah itu kita tidak tahu lagi dijalan yang pernah dilaluinya. Semuanya itu kita pelajari dengan seksama dari kitab yang terbentang itu. Itulah dia rahasia perkataan raja dari segala pujangga dunia, Nabi Muhammad SAW mengambil i’tibar dari kejadian orang lain itu adalah jalan beroleh bahagia.

Didalam medan hidup, adalah beberapa undang-undang yang harus dijaga dan diperhatikan. Ada yang berhubung dengan kesehatan tubuh, dengan keberesan akal dan yang berhubung dengan kemuliaan budi. Disamping itu pula yang tertentu untuk menjaga kemenangan dan kebahagiaan. Semua pokok undang-undang yang mesti dijalankan itu adalah buah perjalanan hidup manusia sejak dunia terkembang, ditambah, diperbaru, menurut giliran zaman dan waktu, dengan pimpinan dari alam gaib. Kalau segala peraturan itu dijaga, dipelajari dan dijalankan, hiduplah manusia dalam hikmat Tuhan, dianugerahkan-Nya, dan barangsiapa yang beroleh nikmat itu berarti dia telah mendapat perolehan yang amat banyak.

Cobalah perhatikan seorang putri rupawan yang halus budi sedang asyik memelihar bunga. Dipetiknya bunga itu dari kebun dan dipindahkannya ke atas mejanya. Ditukarnya air bunga itu setiap pagi dan sore, dipelihara, dicium dan dipandangnya dengan pandang berahi dan cinta, sampai bunga itu layu, kelopaknya jatuh dan tiap-tiap lembaran kembang itu lurut sehelai demi sehelai.

Maka alam ini adalah laksana kebun bunga itu, bunga-bunga yang ada didalamnya ialah perjalanan kehidupan manusia. Kita cium setiap hari untuk menjadi keuntungan diri, yang busuk kita jauhi, durinya kita awasi, baunya dicium juga. Dari sebab memetik bunga dan menghindarkan durinya itu, kita merasai lezat cinta tenteram.

Pulanglah kapal dari Mekkah, penuh muatan orang haji, awas-awas adik melangkah, memetik bunga dalam duri

Jika pandai meniti buih, selamat badan ke seberang

Mana Lebih Baik, Diberi Musibah dan Bersabar Atau Diberi Nikmat dan Bersyukur

Tak ada orang yang senang mendapatkan bencana. Rasulullah sendiri kerap berdo'a "Ya Allah perbaikilah bagiku urusan agamaku karena ia merupakan penjaga segala urusanku. Dan perbaikilah bagiku urusan duniaku karena di dalamnya penghidupanku, dan perbaikilah bagiku urusan akhiratku karena kesanalah tempat aku kembali. Jadilkanlah hidup di dunia ini tambahan bagiku dalam segala kebaikan. Dan jadikanlah kematian itu sebagai peristirahatan bagiku dari segala keburukan." (HR. Turmudzi)

Ada juga sebagian sahabat Rasulullah yang mempunyai pandangan keliru. Mereka menganggap bahwa dengan sengaja menjerumuskan diri dalam bencana itu merupakan kafarat (pembersih) dosa-dosa yang mereka lakukan. Rasulullah saw menjelaskan kepada mereka bahwa persoalannya tidak seperti itu.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah mengunjungi seorang lelaki muslim yang sedang sakit. Orang itu dalam keadaan kurus dan lemah tak berdaya bagaikan anak burung yang baru ditetaskan. Rasul bertanya kepada orang itu: "Apakah engkau dulu pernah berdo'a kepada Allah dengan suatu do'a?" Orang itu menjawab: "Ya, saya dulu berdo'a dengan mengatakan, "Ya Allah janganlah Engkau siksa aku di akhirat karena dosa-dosa yang telah kuperbuat. Jika engkau menyiksaku juga maka jadikanlah siksaan-Mu itu di dunia saja..."

Mendengar jawaban orang tersebut, Rasulullah berkata, "Subhanallah, engkau tidak akan sanggup menerimanya. Tidakkah lebih baik kalau engkau berdo'a : "Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta hindarkanlah kami dari siksa neraka.!" (HR. Muslim)

Kemudian orang itu menuruti anjuran Nabi tersebut, dan akhirnya ia disembuhkan oleh Allah swt dari penyakit.

Karena itulah, Muthraf bin Abdullah mengatakan, "Diberikan kesejahteraan lalu aku bersyukur lebih aku sukai daripada diberi bencana lalu aku bersabar. Sebab posisi kesejahteraan itu lebih dekat pada keselamatan. Karena itulah aku memilih syukur daripada sabar, sebab sabar itu keadaan orang-orang yang kena musibah."

Kita semua tentu ingin menjadi hamba yang mendapat curahan kebaikan, bukan hamba yang selalu mendapat cobaan. Tapi apakah hari-hari yang kita lalui akan memberi semua apa yang kita harapkan? Alangkah banyaknyan topan berhembus kepada kita dan memenuhi langit dengan awan yang gelap. Betapa banyak orang dihadapkan pada apa yang tidak ia sukai dan terhalang dari apa yang ia inginkan?

Dalam situasi seperti inilah dibutuhkan kesabaran yang dapat merngusir rasa cemas. "Pasrah pada Allah termasuk adab jiwa. Ia dapat mengusir berbagai tekanan jiwa," ujar Muhammad Ghazali dalam kitab "Jaddid Hayatak."

Rasulullah saw. bersabda, "Ridhalah dengan pembagian Allah untukmu, engkau akan menjadi manusia yang paling kaya." (HR. Ahmad)

sumber : Eramuslim

Kelompok angsa terbang membentuk formasi huruf "V"

Allah Maha Besar
Kalau kita tinggal di negara 4 musim, maka saat musim gugur, akan terlihat rombongan angsa terbang ke arah selatan untuk menghindari musim dingin. Angsa-angsa tersebut terbang dengan formasi berbentuk huruf "V". Kita akan melihat beberapa fakta ilmiah mengapa rombongan angsa terbang dengan formasi bentuk huruf "V" ?.

Fakta (1) :
Kepakan sayap angsa di depan, memberi "daya dukung" bagi angsa di belakangnya. Angsa di belakang tidak perlu susah-payah menembus 'air wall' di depannya. Hasilnya, seluruh kawanan angsa dapat menempuh jarak terbang 71 % lebih Jauh dari pada kalau setiap angsa harus terbang sendiri-sendiri.


Pelajaran (1) :
Bila arah dan tujuan kita sama, dan kita mau saling berbagi dalam perserikatan, maka pencapaian tujuan kita akan menjadi lebih cepat dan lebih mudah. Mampukah kita untuk saling dorong dan saling dukung satu sama lain dalam pencapaian tujuan bersama ?. Sudah seharusnya !. Karena angsa saja bisa !

Fakta (2) :
Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan angsa di depannya.

Pelajaran (2) :
Kalau kita memiliki cukup logika umum, kita akan tetap berada dalam perserikatan bersama partner lain dan pengelolanya. Kita membuka diri untuk menerima dan memberi bantuan dari dan kepada partner lainnya. Lebih sulit untuk melakukan sesuatu seorang diri daripada melakukannya bersama-sama dalam perserikatan yang akan menjadi milik kita bersama.

Fakta (3) :
Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.

Pelajaran (3) :
Adalah masuk akal untuk melakukan tugas-tugas yang sulit dan penuh tuntutan secara bergantian dan memimpin secara bersama. Kita yakin potensi semua partner. Tapi, manusia saling bergantung satu sama lain dalam pengetahuan, keterampilan, kemauan, kapasitas, karunia lain yang unik, serta talenta atau sumber daya lainnya.


Fakta (4) :
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi mengeluarkan suara riuh-rendah dari belakang memberi semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.

Pelajaran (4) :
Kita harus memastikan bahwa ucapan kita akan memberi dukungan kekuatan, bukan melemahkan. Semua partner dalam perserikatan akan saling memperkuat, sehingga hasil yang dicapai akan menjadi lebih besar. Dukungan dalam satu kesatuan hati dilandasi nilai-nilai luhur adalah kualitas suara dan ucapan partner yang diharapkan bersama oleh semua partner dalam perserikatan .

Fakta (5) :
Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh dan berusaha untuk mendorongnya agar dapat terbang lagi, tidak sampai mati. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.

Pelajaran (5) :
Kalau saja kita berperasaan seperti seekor angsa, kita akan tinggal bersama partner yang berada dalam kesulitan, seperti ketika segalanya baik, dan berusaha untuk mendorongnya agar dapat bangkit kembali.

Yang Paling Menakjubkan Imannya

Suatu malam, menjelang waktu subuh, Rasulullah SAW bermaksud untuk wudhu. "Apakah ada air untuk wudhu?" beliau bertanya kepada para sahabatnya.

Ternyata tak ada seorang pun yang memiliki air. Yang ada hanyalah kantong kulit yang dibawahnya masih tersisa tetesan-tetesan air. Kantong itu pun dibawa ke hadapan Rasulullah. Beliau lalu memasukkan jari jemarinya yang mulia ke dalam kantong itu. Ketika Rasulullah mengeluarkan tangannya, terpancarlah dengan deras air dari sela-sela jarinya.

Para sahabat lalu segera berwudhu dengan air suci itu. Abdullah bin Mas'ud bahkan meminum air itu. Usai salat subuh, Rasulullah duduk menghadapi para sahabatnya. Beliau bertanya, "Tahukah kalian, siapa yang paling menakjubkan imannya?"

Para sahabat menjawab, "Para malaikat." "Bagaimana para malaikat tidak beriman," ucap Rasulullah, "Mereka adalah pelaksana-pelaksana perintah Allah. Pekerjaan mereka adalah melaksanakan amanah-Nya."

"Kalau begitu, para Nabi, ya Rasulallah," berkata para sahabat.

"Bagaimana para nabi tidak beriman; mereka menerima wahyu dari Allah," jawab Rasulullah.

"Kalau begitu, kami; para sahabatmu," kata para sahabat.

"Bagaimana kalian tidak beriman; kalian baru saja menyaksikan apa yang kalian saksikan," Rasulullah merujuk kepada mukjizat yang baru saja terjadi.

"Lalu, siapa yang paling menakjubkan imannya itu, ya Rasulallah?" para sahabat bertanya.

Rasulullah menjawab, "Mereka adalah kaum yang datang sesudahku. Mereka tidak pernah berjumpa denganku; tidak pernah melihatku. Tapi ketika mereka menemukan Al-Kitab terbuka di hadapan, mereka lalu mencintaiku dengan kecintaan yang luar biasa; sehingga sekiranya mereka harus mengorbankan seluruh hartanya agar bisa berjumpa denganku, mereka akan menjual seluruh hartanya."

Hadis di atas dimuat dalam Tafsir Al-Dûr Al-Mantsûr, karya mufasir Jalaluddin Al-Syuyuti. Mudah-mudahan kita semua termasuk dalam kelompok ini; mereka yang tidak pernah bertemu dengan Rasulullah tetapi mencintainya dengan sepenuh hati.

Masih dalam kitab ini, diriwayatkan bahwa suatu saat Rasulullah SAW bersabda, "Berbahagialah mereka, para saudaraku (ikhwâni)." Para sahabat bertanya, "Apakah yang kau maksud dengan ikhwâni itu adalah kami,ya Rasulullah?" "Tidak," jawab Rasulullah, "Kalian adalah para sahabatku. Yang aku maksud dengan ikhwâni adalah mereka yang datang sesudahku."

Membuat Tabel berjalan dengan Marquee

Bagi yang sudah mahir tidak perlu membaca tulisan ini, hanya membuang
waktu.








L
E
O


Cara Membuat Tabel Berjalan


Untuk membuat tabel dengan 3 kolom dan 1 baris cukup mengcopy file dibawah
ini.


<marquee>

<table width="200" border="6" bordercolordark="#FF0000"
bordercolorlight="#0000FF">

<tr bgcolor="#000000">

<td> <div align="center"><font color="#00FF00"><b>L</b></font></div></td>

<td> <div align="center"><font color="#00FF00"><b>E</b></font></div></td>

<td> <div align="center"><font color="#00FF00"><b>O</b></font></div></td>

</tr></table></marquee>


Jika ingin menambah kolom baru cukup dengan mengcopy


<td> <div align="center"><font
color="#00FF00"><b>O</b></font></div></td>


lalu paste diantara </td> dan </tr>. Gantilah huruf L,
E dan O (warna hijau
muda) dengan huruf yang anda inginkan.


Jika anda ingin merubah warnanya bisa menggantinya dengan kode sbb:


Merah : #FF0000


Biru : #0000FF


Hijau : #00FF00


Kuning : #FFFF00


Hitam : #000000


Putih : #FFFFFF


1. Cara menyimpannya di Friendster :


Cukup copy saja scrip yang sudah anda buat ke dalam Media Box. Caranya klik
Edit Profiles dan pilih Costumize.


Atau masuk lewat http://www.friendster.com/editskin.php?
dan copy script dalam Media Box. (Begitu ya ??? Mungkin)


2. Cara Menyimpan dalam Blogspot.



  • Untuk memasukannya kedalam Side Bar


klik layout, pilih Tambahkan Element Halaman dan pilih
HTML/Java Script.


copy script tadi dalam kotak dan save.



  • untuk memasukannya langsung kedalam template blog (misalnya bagian
    paling bawah)


klik layout, pilih Edit HTML dan copy script
dengan terlebih dahulu menuliskan <div> dan diakhiri
dengan </div>


contoh :


<div><marquee>

<table width="200" border="6" bordercolordark="#FF0000"
bordercolorlight="#0000FF">

<tr bgcolor="#000000">

<td> <div align="center"><font color="#00FF00"><b>L</b></font></div></td>

<td> <div align="center"><font color="#00FF00"><b>E</b></font></div></td>

<td> <div align="center"><font color="#00FF00"><b>O</b></font></div></td>

</tr></table></marquee></div>



copy script tadi diatas perintah </body> (cari
saja dengan tekan Ctrl+F).

Berpikir Mendalam Deep Thinking

Banyak yang beranggapan bahwa untuk "berpikir secara mendalam", seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi, jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini hanyalah untuk kalangan "filosof".


Padahal, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, Allah mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung. Allah berfirman bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan atau direnungkan: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orangorang yang mempunyai pikiran" (QS. Shaad, 38: 29). Yang ditekankan di sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.


Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau berusaha untuk berpikir mendalam akan terus-menerus hidup dalam kelalaian yang sangat. Kata kelalaian mengandung arti "ketidakpedulian (tetapi bukan melupakan), meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam kecerobohan". Kelalaian manusia yang tidak berpikir adalah akibat melupakan atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan penciptaan diri mereka serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup yang sangat berbahaya yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan hal tersebut, Allah memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang lalai:


"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A’raaf, 7: 205)

"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman." (QS. Maryam, 19: 39)


Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berpikir secara sadar, kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran yang menjadikan mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti para pendahulu mereka secara taklid buta tanpa berpikir, ataupun hanya sekedar mengikuti kebiasaan yang ada, berada dalam kekeliruan. Ketika ditanya, para pengekor yang tidak mau berpikir tersebut akan menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah. Tetapi karena tidak berpikir, mereka sekedar melakukan ibadah dan aktifitas hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentalitas golongan ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an:


Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak ingat?"

Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah kamu tidak bertakwa?"

Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?"

Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?"

"Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta." (QS. Al-Mu’minuun, 23: 84-90)


Berpikir dapat membebaskan seseorang dari belenggu sihir


Dalam ayat di atas, Allah bertanya kepada manusia, "…maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?. Kata disihir atau tersihir di sini mempunyai makna kelumpuhan mental atau akal yang menguasai manusia secara menyeluruh. Akal yang tidak digunakan untuk berpikir be-rarti bahwa akal tersebut telah lumpuh, penglihatan menjadi kabur, berperilaku sebagaimana seseorang yang tidak melihat kenyataan di depan matanya, sarana yang dimiliki untuk membedakan yang benar dari yang salah menjadi lemah. Ia tidak mampu memahami sebuah kebenaran yang sederhana sekalipun. Ia tidak dapat membangkitkan kesadarannya untuk memahami peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak mampu melihat bagian-bagian rumit dari peristiwa-peristiwa yang ada. Apa yang menyebabkan masyarakat secara keseluruhan tenggelam dalam kehidupan yang melalaikan selama ribuan tahun serta menjauhkan diri dari berpikir sehingga seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi adalah kelumpuhan akal ini.


Pengaruh sihir yang bersifat kolektif tersebut dapat dikiaskan sebagaimana berikut:


Dibawah permukaan bumi terdapat sebuah lapisan mendidih yang dinamakan magma, padahal kerak bumi sangatlah tipis. Tebal lapisan kerak bumi dibandingkan keseluruhan bumi adalah sebagaimana tebal kulit apel dibandingkan buah apel itu sendiri. Ini berarti bahwa magma yang membara tersebut demikian dekatnya dengan kita, dibawah telapak kaki kita!


Setiap orang mengetahui bahwa di bawah permukaan bumi ada lapisan yang mendidih dengan suhu yang sangat panas, tetapi manusia tidak terlalu memikirkannya. Hal ini dikarenakan para orang tua, sanak saudara, kerabat, teman, tetangga, penulis artikel di koran yang mereka baca, produser acara-acara TV dan professor mereka di universitas tidak juga memikirkannya.


Ijinkanlah kami mengajak anda berpikir sebentar tentang masalah ini. Anggaplah seseorang yang telah kehilangan ingatan berusaha untuk mengenal sekelilingnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada setiap orang di sekitarnya. Pertama-tama ia menanyakan tempat dimana ia berada. Apakah kira-kira yang akan muncul di benaknya apabila diberitahukan bahwa di bawah tempat dia berdiri terdapat sebuah bola api mendidih yang dapat memancar dan berhamburan dari permukaan bumi pada saat terjadi gempa yang hebat atau gunung meletus?


Mari kita berbicara lebih jauh dan anggaplah orang ini telah diberitahu bahwa bumi tempat ia berada hanyalah sebuah planet kecil yang mengapung dalam ruang yang sangat luas, gelap dan hampa yang disebut ruang angkasa. Ruang angkasa ini memiliki potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan materi bumi tersebut, misalnya: meteor-meteor dengan berat bertonton yang bergerak dengan leluasa di dalamnya. Bukan tidak mungkin meteor-meteor tersebut bergerak ke arah bumi dan kemudian menabraknya.


Mustahil orang ini mampu untuk tidak berpikir sedetikpun ketika berada di tempat yang penuh dengan bahaya yang setiap saat mengancam jiwanya. Ia pun akan berpikir pula bagaimana mungkin manusia dapat hidup dalam sebuah planet yang sebenarnya senantiasa berada di ujung tanduk, sangat rapuh dan membahayakan nyawanya. Ia lalu sadar bahwa kondisi ini hanya terjadi karena adanya sebuah sistim yang sempurna tanpa cacat sedikitpun. Kendatipun bumi, tempat ia tinggal, memiliki bahaya yang luar biasa besarnya, namun padanya terdapat sistim keseimbangan yang sangat akurat yang mampu mencegah bahaya tersebut agar tidak menimpa manusia. Seseorang yang menyadari hal ini, memahami bahwa bumi dan segala makhluk di atasnya dapat melangsungkan kehidupan dengan selamat hanya dengan kehendak Allah, disebabkan oleh adanya keseimbangan alam yang sempurna dan tanpa cacat yang diciptakan-Nya.


Contoh di atas hanyalah satu diantara jutaan, atau bahkan trilyunan contoh-contoh yang hendaknya direnungkan oleh manusia. Di bawah ini satu lagi contoh yang mudah-mudahan membantu dalam memahami bagaimana "kondisi lalai" dapat mempengaruhi sarana berpikir manusia dan melumpuhkan kemampuan akalnya.


Manusia mengetahui bahwa kehidupan di dunia berlalu dan berakhir sangat cepat. Anehnya, masih saja mereka bertingkah laku seolah-olah mereka tidak akan pernah meninggalkan dunia. Mereka melakukan pekerjaan seakan-akan di dunia tidak ada kematian. Sungguh, ini adalah sebuah bentuk sihir atau mantra yang terwariskan secara turun-temurun. Keadaan ini berpengaruh sedemikian besarnya sehingga ketika ada yang berbicara tentang kematian, orang-orang dengan segera menghentikan topik tersebut karena takut kehilangan sihir yang selama ini membelenggu mereka dan tidak berani menghadapi kenyataan tersebut. Orang yang mengabiskan seluruh hidupnya untuk membeli rumah yang bagus, penginapan musim panas, mobil dan kemudian menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah yang bagus, tidak ingin berpikir bahwa pada suatu hari mereka akan mati dan tidak akan dapat membawa mobil, rumah, ataupun anak-anak beserta mereka. Akibatnya, daripada melakukan sesuatu untuk kehidupan yang hakiki setelah mati, mereka memilih untuk tidak berpikir tentang kematian.


Namun, cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung.


Orang-orang yang tidak dapat membebaskan diri mereka dari sihir dengan cara berpikir, yang mengakibatkan mereka berada dalam kelalaian, akan melihat kebenaran dengan mata kepala mereka sendiri setelahmereka mati, sebagaimana yang diberitakan Allah kepada kita dalam Al-Qur'an :


"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam." (QS. Qaaf, 50: 22)


Dalam ayat di atas penglihatan seseorang menjadi kabur akibat tidak mau berpikir, akan tetapi penglihatannya menjadi tajam setelah ia dibangkitkan dari alam kubur dan ketika mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya di akhirat.


Perlu digaris bawahi bahwa manusia mungkin saja membiarkan dirinya secara sengaja untuk dibelenggu oleh sihir tersebut. Mereka beranggapan bahwa dengan melakukan hal ini mereka akan hidup dengan tentram. Syukurlah bahwa ternyata sangat mudah bagi seseorang untuk merubah kondisi yang demikian serta melenyapkan kelumpuhan mental atau akalnya, sehingga ia dapat hidup dalam kesadaran untuk mengetahui kenyataan. Allah telah memberikan jalan keluar kepada manusia; manusia yang merenung dan berpikir akan mampu melepaskan diri dari belenggu sihir pada saat mereka masih di dunia. Selanjutnya, ia akan memahami tujuan dan makna yang hakiki dari segala peristiwa yang ada. Ia pun akan mampu memahami kebijaksanaan dari apapun yang Allah ciptakan setiap saat.


Seseorang dapat berpikir kapanpun dan dimanapun


Berpikir tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus. Seseorang dapat berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke kantor, mengemudi mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan dengan rekan-rekan, melihat TV ataupun ketika sedang makan siang.


Misalnya: di saat sedang mengemudi mobil, seseorang melihat ratusan orang berada di luar. Ketika menyaksikan mereka, ia terdorong untuk berpikir tentang berbagai macam hal. Dalam benaknya tergambar penampilan fisik dari ratusan orang yang sedang disaksikannya yang sama sekali berbeda satu sama lain. Tak satupun diantara mereka yang mirip dengan yang lain. Sungguh menakjubkan: kendatipun orang-orang ini memiliki anggota tubuh yang sama, misalnya sama-sama mempunyai mata, alis, bulu mata, tangan, lengan, kaki, mulut dan hidung; tetapi mereka terlihat sangat berbeda satu sama lain. Ketika berpikir sedikit mendalam, ia akan teringat bahwa:


Allah telah menciptakan bilyunan manusia selama ribuan tahun, semuanya berbeda satu dengan yang lain. Ini adalah bukti nyata tentang ke Maha Perkasaan dan ke Maha Besaran Allah.


Menyaksikan manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju tempat tujuan mereka masing-masing, dapat memunculkan beragam pikiran di benak seseorang. Ketika pertama kali memandang, muncul di pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini terdiri atas individu-individu yang khas dan unik. Tiap individu memiliki dunia, keinginan, rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau sedih, serta perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan, tumbuh besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja, menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-anaknya, menjadi tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal dunia. Dilihat dari sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup semua manusia tidaklah jauh berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup di perkampungan di kota Istanbul atau di kota besar seperti Mexico, tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang suatu saat pasti akan mati, seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang tersebut yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan berpikir dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu hari akan mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang yang akan mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh untuk kehidupannya setelah mati; tetapi mengapa hampir semua manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka di dunia tak akan pernah berakhir?"


Orang yang memikirkan hal-hal semacam ini lah yang dinamakan orang yang berpikir dan mencapai kesimpulan yang sangat bermakna dari apa yang ia pikirkan.


Sebagian besar manusia tidak berpikir tentang masalah kematian dan apa yang terjadi setelahnya. Ketika mendadak ditanya,"Apakah yang sedang anda pikirkan saat ini?", maka akan terlihat bahwa mereka sedang memikirkan segala sesuatu yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi mereka.Namun, seseorang bisa juga "berpikir" hal-hal yang "bermakna", "penuh hikmah" dan "penting" setiap saat semenjak bangun tidur hingga kembali ke tempat tidur, dan mengambil pelajaran ataupun kesimpulan dari apa yang dipikirkannya.


Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman memikirkan dan merenungkan secara mendalam segala kejadian yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang mereka pikirkan.


"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Aali ‘Imraan, 3: 190-191).


Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu serta Kebijaksanaan Allah.


Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah


Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya menghantarkan kepada sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang harus berpikir positif. Misalnya: seseorang melihat orang lain dengan penampilan fisik yang lebih baik dari dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah karena kekurangan yang ada pada fisiknya dibandingkan dengan orang tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa iri terhadap orang tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah. Jika ridha Allah yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk rupa orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna. Dengan melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah ciptakan akan memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah agar menambah keindahan orang tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia juga meminta kepada Allah agar dikaruniai keindahan yang hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa seringkali dialami oleh seorang hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk mengetahui apakah dalam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir yang baik yang diridhai Allah atau sebaliknya.


Keberhasilan dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan perenungan ataupun proses berpikir yang mendatangkan kebahagiaan di akhirat, masih ditentukan oleh kemauannya dalam mengambil pelajaran atau peringatan dari apa yang ia renungkan. Karena itu, sangatlah ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya selalu berpikir secara ikhlas sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an :


"Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir, 40: 13).



Sumber : Bagaimana Seorang Muslim Berpikir


Judul Asli : Deep Thinking


Pengarang : Harun Yahya

Khasiat Kurma, Si Buah Kehidupan

Kurma termasuk makanan favorit untuk hidangan berbuka puasa. Beberapa butir kurma dan segelas air putih dengan segera akan melenyapkan rasa lapar dan mengembalikan kesegaran tubuh setelah seharian berpuasa. Apa sih, kehebatan kurma?

Tanaman kurma (phoenix dactylifera) umumnya tumbuh di daerah gurun pasir. Lingkungan hidupnya sangat panas menyengat, disertai angin gurun yang kering bercampur debu pasir. Sekalipun demikian, akarnya kurang tahan pada kekeringan. Karena itu, secara alami ia tumbuh di sekitar oasis, suatu mata air yang muncul di tengah hamparan padang pasir.

Penduduk Arab menyebutnya nakhla, yang berarti pohon kehidupan. Dinamai demikian, karena seluruh bagian tanamannya bermanfaat. Buah dan pucuknya bisa dimakan, dikeringkan, atau digiling menjadi tepung. Nirah atau getahnya bisa dibuat minuman, sabutnya ditenun, biji kurma pun bisa jadi pakan keledai atau onta. Bagi bangsa Yunani dan Romawi kuno, kurma sering dipakai untuk membumbui hidangan daging.

Meskipun kurma identik dengan Arab, namun Amerika Serikat berhasil mengekspor kurma tahun 1837. Bahkan kurma Amerika Serikat yang terkenal yaitu Californian date berhasil menjadi trendsetter selera pasar kurma dunia.

Jenis kurma terbanyak beredar di dunia adalah “Zahdi”, diperkirakan jumlahnya mencapai 43 % kurma dunia. Jenis ini sehari-hari paling banyak dikonsumsi di Timur Tengah. Bentuknya cenderung bulat, warnanya coklat muda keemasan. Kurang berkualitas, harganya murah. Paling banyak digunakan dalam kuliner.

Islam menyunnahkan kaum muslimin menyantap kurma untuk berbuka puasa. Dalam hadits yang ditulis oleh Al-Bukhari disebutkan juga bahwa barang siapa menyantap 7 butir kurma saat sarapan, niscaya ia akan dijauhkan dari aniaya dan kejahatan sihir sepanjang hari itu.

Selain itu, kurma banyak dipakai sebagai obat berbagai penyakit. Karena kurma bersifat kering dan panas, ia sanggup membangkitkan gairah seksual. Dan, kurma yang diisi dengan biji pinus dipercaya sebagai obat penyubur bagi wanita-wanita yang ingin punya anak.

Secara tradisi, kurma merupakan makanan pokok penduduk kawasan Arab, khususnya Saudi Arabia, Algeria, Maroko, Mesir, Tunisia, Iran, dan Sudan. Namun, menurut hasil survai, penduduk kawasan Arab pemakan kurma terbanyak dan frekuensinya paling sering dalam sehari adalah suku Bedouin di Saudi Arabia.

Prevalensi pengidap kanker dan sakit jantung di antara penduduk suku Bedouin ternyata paling rendah dibandingkan penduduk Arab lainnya. Usut-punya usut, rupanya karena kurma kaya serat kasar tak larut (unsoluble diet fiber), yang mampu mengikat zat karsinogenik pemicu kanker dan membuangnya bersama kotoran. Kadar seratnya 2,1 g %, lebih tinggi dari serat dalam anggur, yang jumlahnya hanya 1,7 g %.

Sebagian besar, yakni 70 – 80 %, kandungan karbohidrat dalam kurma berupa karbohidrat sederhana berbentuk glukosa dan fruktosa, yang disebut gula. Jadi, meskipun kaya serat yang dapat menyerap kelebihan kadar gula darah, kurma kurang baik bagi pengidap kencing manis, karena kadar gulanya sangat tinggi.

Kurma banyak mengandung zat tanin. Karena itu, secara tradisional di Timur Tengah kurma banyak dimanfaatkan sebagai pencegahan maupun pengobatan gangguan sakit perut. Sebagai pengelat (astringen), zat tanin dalam kurma membantu mempercepat penyembuhan diare.

Kurma juga berkhasiat meredakan demam dan mengobati pilek, radang tenggorokan, radang saluran napas, radang hati. Penduduk Arab biasa meminum air sarinya, dengan cara merebus kurma atau menyeduhnya. Bisa juga minum kurma yang dihaluskan dan dibubuhi ½ gelas air masak. Untuk menyembuhkan bengkak, mereka mengolesinya dengan pasta kurma (kurma dihaluskan, lalu dicampur sedikit air). (et/nml)

sumber : Eramuslim